Sudah jauh hari kami merencanakan mengunjungi mbakyu saya yang tinggal di ujung Madura, kota Sumenep, bila liburan tiba. Banyak obyek wisata baik alam ataupun cagar budaya di sana. Maka pada hari yang telah ditentukan, yaitu tanggal 18 Desember 2016 meluncurlah kami ke Songenep, nama lain Sumenep.
Untuk wisata alam, banyak sekali destinasi wisata di Sumenep ini, sebut saja pantai Lombang, pantai Slopeng, Pulau Talango dan yang kini banyak di tuju para traveller dari manca maupun domestik karena keindahannya yang memesona dan kandungan oksigen yang tinggi yaitu pulau Gili Labak. Tak aneh bila Sumenep memiliki banyak pantai dan pulau sebagai andalan obyek wisata, karena memang letak geografisnya yang berada di ujung timur Madura dan dikelilingi beberapa laut yaitu, selat Madura dan laut Bali di sebelah selatan, laut Jawa dan laut Flores di sebelah timur, dan di sebelah utara di hadang oleh laut Jawa. Selain itu Sumenep memiliki pulau sebanyak 126 pulau yang mana hanya 48 persen saja yang berpenghuni.
Sedangkan untuk cagar budaya, ada beberapa bangunan bersejarah peninggalan keraton Sumenep yang masih berdiri tegak hingga kini, yaitu Istana Keraton, Taman Sare ( sumber pemandian para putri dan ratu keraton ), Asta Tinggi ( kompleks pemakaman raja-raja Sumenep) dan Masjid Agung Sumenep.
Nah yang di sebut terakhir ini, yaitu Masjid Agung Sumenep, adalah target utama yang saya bidik untuk melanjutkan tulisan saya mengenai Masji-masjid Bersejarah Di Indonesia. Okey.....kita cusss ya :)
MASJID AGUNG SUMENEP
Masyarakat Madura patut berbangga karena Masjid Agung Sumenep termasuk dari 10 Masjid tertua yang memiliki arsitektur unik dan khas di Nusantara. Masjid ini di bangun pada masa pemerintahan Panembahan Somala, penguasa Negeri Songenep ke XXXI pada tahun 1779 M dan selesai 1787 M.
Terletak di tengah kota Sumenep tepatnya di sebelah barat alun-alun kota Sumenep yang sekarang menjadi Taman Adipura Kota Sumenep. Di sebelah timur alun-alun berdiri gagah keraton Sumenep. Tata kota seperti ini sangat khas tata kota pemerintahan kerajaan Islam Jawa pada masa lampau. Konon yang memprakarsai tata kota seperti ini, di mana di pusat kota ada alun-alun (sebagai pusat berkumpulnya rakyat), masjid (sebagai tempat beribadah dan syiar agama) dan keraton (sebagai pusat pemerintahan) adalah Sunan Kalijogo. Menurut sejarah, Keraton Sumenep Madura memang masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Islam Demak, dan Masjid yang di bangun oleh pemerintah keraton Sumenep ini adalah sebagai bangunan pendukung keraton dalam kehidupan bermasyarakat, terutama sebagai tempat beribadah keluarga keraton dan seluruh rakyat. Masjid Agung Sumenep merupakan masjid kedua yang di bangun pihak keraton karena masjid lama yang ada di komplek keraton tak bisa menampung jumlah jemaah yang semakin lama semakin banyak.
Arsitektur masjid ini sangat unik karena merupakan perpaduan budaya antara Eropa, Cina, Jawa dan Maduta, terutama di bagian gapura, mimbar dan mihrab. Untuk bangunan utama masjid lebih kental pada corak Jawa dan berkubah limas bertingkat (Tajug) yang sangat khas masjid-masjid tua di Nusantara.
Untuk interior masjid, terdapat ukiran Jawa yang dipengaruhi beberapa budaya menghiasi
10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bahkan kalau diperhatikan, ukiran pada pintu utama sangat kental dengan budaya China berwarna cerah.
Selain itu di dalam masjid terdapat 13 pilar yang menandakan rukun sholat, di teras atau di luar terdapat 20 pilar. Juga terdapat dua tempat khotbah bernuansa China yang indah, di atas tempat khotbah ada pedang yang berasal dari Irak. Seharusnya jumlah pedang ada dua, namun yang satu hilang tak kembali.
Di halaman masjid tumbuh pohon Sawo atau dalam bahasa Madura di sebut Sabu yang memiliki filisofi shalat ja' bu ambu atau sholat jangan pernah ditinggalkan.
Untuk melengkapi keterangan, saya sertakan beberapa foto. Foto di bawah ini adalah dokumentasi pribadi, jadi mohon dimaklumi bila hasil jepretanya kurang okesip :)
1. Bunda Farhanah di depan gapura Masjid, ikut eksis aja :)
2. Gapura masjid yang indah, perpaduan antara budaya Jawa, Madura, Eropa dan China
3. Prasasti wasiat Panembahan Somala
4. Bagian teras masjid
5. Bagian teras masjid
6. Bagian teras masjid
7. Pintu utama masjid
Gimana, unik bukan masjidnya?
Malang, 27 Desember 2016
Bunda Farhanah
Untuk wisata alam, banyak sekali destinasi wisata di Sumenep ini, sebut saja pantai Lombang, pantai Slopeng, Pulau Talango dan yang kini banyak di tuju para traveller dari manca maupun domestik karena keindahannya yang memesona dan kandungan oksigen yang tinggi yaitu pulau Gili Labak. Tak aneh bila Sumenep memiliki banyak pantai dan pulau sebagai andalan obyek wisata, karena memang letak geografisnya yang berada di ujung timur Madura dan dikelilingi beberapa laut yaitu, selat Madura dan laut Bali di sebelah selatan, laut Jawa dan laut Flores di sebelah timur, dan di sebelah utara di hadang oleh laut Jawa. Selain itu Sumenep memiliki pulau sebanyak 126 pulau yang mana hanya 48 persen saja yang berpenghuni.
Sedangkan untuk cagar budaya, ada beberapa bangunan bersejarah peninggalan keraton Sumenep yang masih berdiri tegak hingga kini, yaitu Istana Keraton, Taman Sare ( sumber pemandian para putri dan ratu keraton ), Asta Tinggi ( kompleks pemakaman raja-raja Sumenep) dan Masjid Agung Sumenep.
Nah yang di sebut terakhir ini, yaitu Masjid Agung Sumenep, adalah target utama yang saya bidik untuk melanjutkan tulisan saya mengenai Masji-masjid Bersejarah Di Indonesia. Okey.....kita cusss ya :)
MASJID AGUNG SUMENEP
Masyarakat Madura patut berbangga karena Masjid Agung Sumenep termasuk dari 10 Masjid tertua yang memiliki arsitektur unik dan khas di Nusantara. Masjid ini di bangun pada masa pemerintahan Panembahan Somala, penguasa Negeri Songenep ke XXXI pada tahun 1779 M dan selesai 1787 M.
Terletak di tengah kota Sumenep tepatnya di sebelah barat alun-alun kota Sumenep yang sekarang menjadi Taman Adipura Kota Sumenep. Di sebelah timur alun-alun berdiri gagah keraton Sumenep. Tata kota seperti ini sangat khas tata kota pemerintahan kerajaan Islam Jawa pada masa lampau. Konon yang memprakarsai tata kota seperti ini, di mana di pusat kota ada alun-alun (sebagai pusat berkumpulnya rakyat), masjid (sebagai tempat beribadah dan syiar agama) dan keraton (sebagai pusat pemerintahan) adalah Sunan Kalijogo. Menurut sejarah, Keraton Sumenep Madura memang masuk dalam wilayah kekuasaan kerajaan Islam Demak, dan Masjid yang di bangun oleh pemerintah keraton Sumenep ini adalah sebagai bangunan pendukung keraton dalam kehidupan bermasyarakat, terutama sebagai tempat beribadah keluarga keraton dan seluruh rakyat. Masjid Agung Sumenep merupakan masjid kedua yang di bangun pihak keraton karena masjid lama yang ada di komplek keraton tak bisa menampung jumlah jemaah yang semakin lama semakin banyak.
Arsitektur masjid ini sangat unik karena merupakan perpaduan budaya antara Eropa, Cina, Jawa dan Maduta, terutama di bagian gapura, mimbar dan mihrab. Untuk bangunan utama masjid lebih kental pada corak Jawa dan berkubah limas bertingkat (Tajug) yang sangat khas masjid-masjid tua di Nusantara.
Untuk interior masjid, terdapat ukiran Jawa yang dipengaruhi beberapa budaya menghiasi
10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bahkan kalau diperhatikan, ukiran pada pintu utama sangat kental dengan budaya China berwarna cerah.
Selain itu di dalam masjid terdapat 13 pilar yang menandakan rukun sholat, di teras atau di luar terdapat 20 pilar. Juga terdapat dua tempat khotbah bernuansa China yang indah, di atas tempat khotbah ada pedang yang berasal dari Irak. Seharusnya jumlah pedang ada dua, namun yang satu hilang tak kembali.
Di halaman masjid tumbuh pohon Sawo atau dalam bahasa Madura di sebut Sabu yang memiliki filisofi shalat ja' bu ambu atau sholat jangan pernah ditinggalkan.
Untuk melengkapi keterangan, saya sertakan beberapa foto. Foto di bawah ini adalah dokumentasi pribadi, jadi mohon dimaklumi bila hasil jepretanya kurang okesip :)
1. Bunda Farhanah di depan gapura Masjid, ikut eksis aja :)
2. Gapura masjid yang indah, perpaduan antara budaya Jawa, Madura, Eropa dan China
3. Prasasti wasiat Panembahan Somala
4. Bagian teras masjid
5. Bagian teras masjid
6. Bagian teras masjid
7. Pintu utama masjid
Gimana, unik bukan masjidnya?
Malang, 27 Desember 2016
Bunda Farhanah
Comments
Post a Comment