Dunia di Balik Kabut
Anto membuka mata perlahan. Suara tertawa yang aneh telah membangunkannya. Pandangannya berkeliling, hanya hijau dedaunan diantara kabut yang tampak.
"Dimanakah aku? Apa yang terjadi?" Batin Anto. Pelan-pelan digerakkan leher kekanan dan kekiri, lalu tangan dan kaki. Setelah merasa cukup kuat dia mencoba duduk.
"Aduh!" Anto memekik tertahan. Dipeganginya kepala yang terasa berputar setelah dia berhasil duduk.
Tiba-tiba terdengar langkah mendekat. Anto menahan menapas, matanya awas.
"Jadi kita apakan pemuda itu?" Salah seorang bertanya.
"Lebih baik kita tanyakan saja pada pak ketua dan seluruh warga," jawab seorang yang lain. Anto tak berani mengintip, yang bisa dilakukannya adalah menguping, dia menduga mereka berjumlah dua orang.
"Kalau begitu kita bawa saja sekarang," jawab suara pertama.
Tak lama semak belukar di depan Anto terbuka. Anto terkejut demi melihat dua makhluk tinggi kurus, mungkin tingginya dua setengah meter, dengan rambut gondrong dan mata sedikit melotot. "Ini manusia apa bukan?" Anto membatin gemetaran.
"Hai, kau berdirilah dan ikut dengan kami!" Perintah salah seorang dari mereka.
"Sa ... sa ... saya, pak?" Kata Anto, masih gemetar.
"Siapa lagi kalau bukan kamu?"
"Tapi saya lemas pak, tak dapat berdiri," jawab Anto.
"Hah alasan saja." Lalu tanpa bicara lagi kedua makhluk aneh itu menggotong Anto menuju sebuah tempat dan didudukkan di sebuah balok kayu.
Kemudian, salah satu dari makhkuk aneh itu mengeluarkan suara lengkingan yang disusul suara derap langkah yang ramai. Makhluk aneh serupa mendadak berjumlah ratusan saja di hadapan Anto. Rupanya suara lengkingan tadi adalah tanda panggilan untuk berkumpul.
Sesosok makhluk tinggi namun lebih gempal, menghampiri Anto. Sepertinya dia kepala suku atau semacamnya. Dielusnya rambut pemuda itu. "Kau sudah makan?" tanyanya ramah.
Anto hanya menggeleng.
"Hai ayo beri dia makan!" Perintah kepala suku. Sekejap makanan aneka rupa tersaji di depan Anto.
"Makanlah, ini adalah makanan terbaik kami. Kau tamu disini."
Melihat aneka makanan itu, perut Anto langsung mual. Kecoak, tikus, belalang, ular kecil dan entah apalagi.
"Ayo silakan kau pasti lapar," desak sang ketua. Anto menggeleng.
"Kau menghina kami, hah!"
Melihat ratusan pasang mata melotot yang memandanginya, Anto pun memakan hidangan itu.
Tak berapa lama, sayup Anto mendengar suara yang sangat dikenal memanggil namanya.
"Anto dimana kau...? kami ada disini untuk menolongmu!"
Jelas sekali itu suara Bono dan kawan-kawan. Anto ingat sekarang, kemarin dia bersama beberapa teman pencinta Alam sedang mendaki Semeru. Lalu dia terpisah dan terperosok ke jurang.
Setelah menyelesaikan hidangan dengan menahan mual, Anto memberanikan diri bertanya,
"Pak terimakasih jamuannya, ini daerah apa?"
"Hahaha kau ada ditempat yang aman anak muda, tak perlu khawatir," Jawab pak ketua suku, kakinya yang panjang menjulur lunglai ditanah.
"Pak tapi saya ingin pulang, bisakah saya mengetahui jalan pulang," Anto bertanya dengan memelas.
"Sebaiknya kau tak usah buru-buru. Nikmatilah hari-hari disini bersama kami saudara barumu" ucap pak kepala suku dengan senyum menyeringai menampakkan gigi yang kehitaman.
"Tolonglah pak, orang tua saya pasti kebingungan."
"Baiklah kalau kau memaksa, itu jalanmu untuk bisa keluar dari sini," jawab pak ketua suku. Tangannya yang panjang menunjuk sebuah kuali besar di atas tungku yang berisi air mendidih.
Anto terkesiap.
#OneDayOnePost
#FiksiBundaFarhanah
#GenreFantasy
#CloverlineFictionForBeginner
Anto membuka mata perlahan. Suara tertawa yang aneh telah membangunkannya. Pandangannya berkeliling, hanya hijau dedaunan diantara kabut yang tampak.
"Dimanakah aku? Apa yang terjadi?" Batin Anto. Pelan-pelan digerakkan leher kekanan dan kekiri, lalu tangan dan kaki. Setelah merasa cukup kuat dia mencoba duduk.
"Aduh!" Anto memekik tertahan. Dipeganginya kepala yang terasa berputar setelah dia berhasil duduk.
Tiba-tiba terdengar langkah mendekat. Anto menahan menapas, matanya awas.
"Jadi kita apakan pemuda itu?" Salah seorang bertanya.
"Lebih baik kita tanyakan saja pada pak ketua dan seluruh warga," jawab seorang yang lain. Anto tak berani mengintip, yang bisa dilakukannya adalah menguping, dia menduga mereka berjumlah dua orang.
"Kalau begitu kita bawa saja sekarang," jawab suara pertama.
Tak lama semak belukar di depan Anto terbuka. Anto terkejut demi melihat dua makhluk tinggi kurus, mungkin tingginya dua setengah meter, dengan rambut gondrong dan mata sedikit melotot. "Ini manusia apa bukan?" Anto membatin gemetaran.
"Hai, kau berdirilah dan ikut dengan kami!" Perintah salah seorang dari mereka.
"Sa ... sa ... saya, pak?" Kata Anto, masih gemetar.
"Siapa lagi kalau bukan kamu?"
"Tapi saya lemas pak, tak dapat berdiri," jawab Anto.
"Hah alasan saja." Lalu tanpa bicara lagi kedua makhluk aneh itu menggotong Anto menuju sebuah tempat dan didudukkan di sebuah balok kayu.
Kemudian, salah satu dari makhkuk aneh itu mengeluarkan suara lengkingan yang disusul suara derap langkah yang ramai. Makhluk aneh serupa mendadak berjumlah ratusan saja di hadapan Anto. Rupanya suara lengkingan tadi adalah tanda panggilan untuk berkumpul.
Sesosok makhluk tinggi namun lebih gempal, menghampiri Anto. Sepertinya dia kepala suku atau semacamnya. Dielusnya rambut pemuda itu. "Kau sudah makan?" tanyanya ramah.
Anto hanya menggeleng.
"Hai ayo beri dia makan!" Perintah kepala suku. Sekejap makanan aneka rupa tersaji di depan Anto.
"Makanlah, ini adalah makanan terbaik kami. Kau tamu disini."
Melihat aneka makanan itu, perut Anto langsung mual. Kecoak, tikus, belalang, ular kecil dan entah apalagi.
"Ayo silakan kau pasti lapar," desak sang ketua. Anto menggeleng.
"Kau menghina kami, hah!"
Melihat ratusan pasang mata melotot yang memandanginya, Anto pun memakan hidangan itu.
Tak berapa lama, sayup Anto mendengar suara yang sangat dikenal memanggil namanya.
"Anto dimana kau...? kami ada disini untuk menolongmu!"
Jelas sekali itu suara Bono dan kawan-kawan. Anto ingat sekarang, kemarin dia bersama beberapa teman pencinta Alam sedang mendaki Semeru. Lalu dia terpisah dan terperosok ke jurang.
Setelah menyelesaikan hidangan dengan menahan mual, Anto memberanikan diri bertanya,
"Pak terimakasih jamuannya, ini daerah apa?"
"Hahaha kau ada ditempat yang aman anak muda, tak perlu khawatir," Jawab pak ketua suku, kakinya yang panjang menjulur lunglai ditanah.
"Pak tapi saya ingin pulang, bisakah saya mengetahui jalan pulang," Anto bertanya dengan memelas.
"Sebaiknya kau tak usah buru-buru. Nikmatilah hari-hari disini bersama kami saudara barumu" ucap pak kepala suku dengan senyum menyeringai menampakkan gigi yang kehitaman.
"Tolonglah pak, orang tua saya pasti kebingungan."
"Baiklah kalau kau memaksa, itu jalanmu untuk bisa keluar dari sini," jawab pak ketua suku. Tangannya yang panjang menunjuk sebuah kuali besar di atas tungku yang berisi air mendidih.
Anto terkesiap.
#OneDayOnePost
#FiksiBundaFarhanah
#GenreFantasy
#CloverlineFictionForBeginner
akhirnya Anto berhasil pulang, pulang ke Rahmatullah 😅😅
ReplyDeleteNice mba : )
Wew..ngeri...
ReplyDeleteEnding nya nggantung kan ya
Nggak bersambung
Anto lagi di dunia lain kah? o.O
ReplyDelete