Di sebuah kantin SMP ...
"Hana, kamu udah tahu nggak, di sekolah kita ada anak baru lho?" Kata Sari, didepannya telah tersaji sepiring nasi pecel pesanannya.
Hana yang mulutnya sedang mengunyah bakso, hanya menjawab singkat, "Bhelumb."
"Yaelah, udah heboh juga seantero sekolah," kata Sari lagi. "Cakep banget lho, doi kakak kelas 3, kakak kelas kita."
"Ooo ..." ucap Hana mengangguk-angguk namun suaranya tenggelam oleh suara riuh di kantin yang ramai oleh siswa-siswa kelaparan.
Lalu kedua bersahabat itu khusyuk dengan makanan masing-masing.
Ketika Hana sedang mengambil sambal untuk yang kedua kalinya, tiba-tiba Sari mencoleknya keras.
"Hana, lihat itu dia anak barunya....ihh cakep banget," kata Sari dengan suara tertahan. Dengan matanya, Sari menunjuk seorang remaja putra tanggung di meja seberang.
Hana mengikuti arah pandangan Sari. "Owh dia, biasa aja nggak cakep-cakep amat," kata Hana.
"Dih kamu tuh, dia tinggi dan putih lagi." Rupanya Sari nggak terima gebetannya diremehkan.
***
Hari-hari berikutnya ketika bersepeda berangkat dan pulang sekolah, Hana sering bertemu Bagas, si anak baru itu. Ternyata rumah Bagas searah dengan rumah Hana. Jarak antara rumah dan sekolah mereka tidak terlalu jauh.
"Benar juga si Sari, ternyata Bagas emang cakep dan kayaknya nggak sombong," batin Hana suatu saat kala berpapasan dengan Bagas.
Entah kapan bermula, rasa suka itu merekah di hati Hana. Witing tresno jalaran soko kulino, kata orang jawa. Yah mungkin karena seringnya berpapasan, walau tak sekalipun berani menyapa apalagi bertatap muka, menerbitkan rasa suka di hati Hana. Rasa suka yang meski hanya dengan melihat sepeda Bagas tergeletak di halaman rumahnya atau di parkiran sekolah saja sudah mampu mempercepat irama jantungnya.
Apalagi Bagas juga jago basket dan aktif di Pramuka. Cocok sudah, persis seperti gambaran cowok-cowok idola yang ditulis di majalah-majalah remaja. Namun apa daya, Hana tak pernah mampu menunjukkan perasaannya.
Berbeda dengan Sari, sahabatnya, yang lebih ekspresif dalam menunjukkan rasa suka, Hana lebih rapi menyimpan gemuruh di dada. Hana lebih memilih memendam rasa sukanya dalam-dalam diam-diam. Yah mungkin pengaruh sifatnya yang agak introvet dan pemalu, atau juga karena malas bersaing dengan sahabat sendiri.
Setahun sudah Hana menjadi secret admirer-nya kakak Bagas, mecuri-curi pandang, mencari-cari bayangan sosoknya atau sengaja menantinya di parkiran sepeda di sekolah sekedar untuk bisa melihatnya dari jauh. TaƱpa ada yang tahu, termasuk Sari. Entahlah.
Waktu berjalan begitu cepat. Akhirnya tiba saatnya kelulusan bagi kakak kelas 3, dan Bagas melanjutkan SMA di lain kota karena ikut ayahnya yang bertugas sebagai seorang prajurit Negara. Kepergian yang meninggalkan jejak di hati Hana. Yang kelak akan dikenangnya dengan penuh senyum, karena cinta awal masa puber yang dilakoni Hana dengan diam-diam dalam-dalam ini adalah keputusan paling tepat.
Malang, 3 April 2017
#Onedayonepost
#FiksiBundaFarhanah
Wew..
ReplyDeleteWow...
ReplyDeleteJangan-jangan, waktu sekolah juga, ada yang jadi secret admirer juga tapi saya tidak menyadari...
Ha-ha-ha
#ge-er.
Bagus bund, pesannya mantap!
Saya tebak kang fery punya secret admirer deh...
Delete