Di tengah maraknya budaya hedonisme yang makin merebak menjangkiti
generasi muda, tetap ada berita indah yang berhembus bagai angin segar, memberi
harapan bagi para orang tua atau siapapun yang peduli pada masa depan bangsa. Salah
satu berita indah yang menyedot perhatian publik adalah kisah perubahan beberapa
selebriti tanah air. Di kalangan artis wanita, sebut saja yang kini istiqomah berhijab:
Laudya Cintya Bella, Dewi Sandra, Inneke Koesherawati, Shireen Shungkar dll.
Dan di kalangan artis pria ada beberapa nama yang semakin relijius yaitu Teuku
Wisnu, Alm Gito Rollies, Sakti Sheila On Seven.
Berhijrah, begitu masyarakat
menyebut perubahan yang terjadi pada sejumlah public figure tersebut.
Hijrah. Dalam tulisan ini izinkan saya beropini singkat mengenai
apa itu hijrah, sesingkat pemahaman diri ini yang masih dangkal. Semoga bermanfaat
terutama bagi penulis.
Pertama, kita buka terlebih
dahulu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di kamus tersebut dituliskan bahwa definisi hijrah adalah (1). perpindahan Nabi Muhammad SAW dan
sebagian pengikutnya dari Mekkah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dan
sebagainya dari tekanan kafir Quraisy dan (2). berpindah atau menyingkir
sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik karena alasan
tertentu (keselamatan, kebaikan dsb).
Sejenak, mari menengok kembali
peristiwa 1438 tahun lalu. Sejarah telah mencatat hijrahnya Baginda SAW sebagai
peristiwa kemanusiaan terbesar. Pada 21 Juni 622 M Beliau berhijrah atas perintah
Allah untuk mempertahankan aqidah serta keselamatan diri dan pengikutnya dari
siksaan kafir Quraisy yang sudah tak bisa ditoleransi lagi saking kejamnya.
Budak-budak dijemur dan ditindih batu besar ditengah gurun yang panas,
dilempari kotoran binatang, diboikot tidak boleh melakukan transaksi apapun
sehingga Baginda Nabi, keluarga serta kaum muslim kekurangan bahan pangan dan
kelaparan serta banyak siksaan tak manusiawi lainnya.
Ditemani sahabat paling
setia, Abu Bakar As-Shiddiq dan seorang budak pemandu perjalanan, Amir ibn
Fuhairah, Baginda Nabi melangkah meninggalkan tanah kelahirannya. Sebelum kota
Mekkah hilang dari pandangan, Baginda SAW menatapnya sedih dan berkata, “Demi
Allah, sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang paling kucintai dan bumi
Allah yang paling Allah sukai. Seandainya pendudukmu tidak mengusirku secara
paksa, niscaya aku tak akan pergi meninggalkanmu”.
Kemudian Baginda SAW dengan
air berlinang di pelupuk mata menengadahkan tangan bermunajat pada Allah, “Ya
Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa mereka mengusirku dari negeri yang
paling kucintai. Maka tempatkanlah aku di negeri yang paling Engkau Cintai.”
Akhirnya setelah 12
hari menempuh perjalanan melelahkan, melintasi gurun, bermandikan terik
matahari, diterpa angin dan pasir tibalah rombongan mulia ini di kota tujuan
yaitu Yatsrib yang lalu oleh Baginda Nabi SAW diganti dengan nama Madinatul
Munawaroh (Kota yang bercahaya). Di kota inilah Baginda SAW memulai dakwah,
mendidik dan membangun masyarakat Islam dengan lebih baik dan tenang sehingga cahaya
Islam dapat memancar ke seluruh penjuru bumi.
Definisi diatas adalah secara bahasa dan konteks sejarah.
Kedua, mari mengulas definisi hijrah secara maknawi. Secara maknawi
dan lebih mendalam, inilah esensinya, para ulama menjelaskan bahwa definisi hijrah adalah
mengadakan perubahan terhadap cara berpikir,sikap dan perbuatan yaitu dengan
meninggalkan apa yang dilarang Allah untuk mencapai keridhoanNya.
Mencapai keridhoanNya. Menurut saya inilah kata kuncinya. Berhijrah untuk
mencapai keridhoan Allah sama artinya berubah untuk menjadi lebih baik lagi,
lagi dan lagi. Karena Allah pasti akan ridho
pada yang baik-baik dan berada dalam koridor syariat.
Karena menjadi baik dan
yang tampak baik, indah serta memesona adalah salah satu kesukaan manusia maka
bisa dikatakan bahwa hijrah adalah fitrah. Sebagai
contoh, kita akan senang bila melihat rumah yang bersih dan tidak suka bila
kotor. Kita suka memandang taman kota yang indah, rapi, bersih, terawat penuh
bunga warna warni dan sebal jika ada orang yang tak bertanggungjawab mengotori
dan merusak taman. Kita senang bila mencium bau yang wangi daripada yang busuk.
Kita suka berpakaian yang rapi, bersih, indah dan harum daripada yang kumal.
Kita menyukai bergaul dengan orang yang menjaga kebersihan dan kerapian dan
mungkin akan menghindari berlama-lama mengobrol dengan orang yang bahkan mandi
pun malas. Kita akan senang dan terpesona dengan kehalusan tutur bahasa
seseorang. Dan masih banyak contoh baik lainnya yang pasti menjadi dambaan
setiap orang. Bisa ditarik kesimpulan bahwa berhijrah adalah kebutuhan jiwa manusia.
Maka jika kita membuat
target Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan berusaha memenuhi target tersebut, sejatinya setiap hari kita
telah berhijrah.
Terakhir teriring doa
semoga kita termasuk golongan muhajir
sejati, yang tak pernah lelah menyemangati diri sendiri untuk terus menjadi
lebih baik. Dalam segala hal.
Wallahua’lam
Malang, 23 Juli 2017
Bunda Farhanah
#selfReminder
Artikel mbak Nazlah selalu keren dan mengena. Hijrah sesungguhnya yang di tulis mbak Nazlah di atas sangat dekat dengan keseharian kita, tapi mungkin di anggap biasa...
ReplyDeletePenjelasan yang bagus Mbak..Semoga kita semua terus menjadi lebih baik lagi esok hari..:)
ReplyDelete