Entah kenapa
sejak kecil saya selalu suka melihat buku-buku atau kitab-kitab yang berderet rapi di rak/lemari. Apalagi jika memasuki
rumah seseorang dan menjumpai rak yang penuh buku aneka rupa, seketika di hati
ini terbit rasa kagum yang mendalam terhadap pemilik rumah, pasti beliau adalah
pencinta ilmu.
Meski menghabiskan masa kecil dan remaja
di Sampang sebuah kota kecil yang waktu itu belum
ada toko buku, bahkan Perpustakaan Kota pun belum ada, saya tetap merasa
beruntung karena memiliki orang tua yang selalu menumbuhkan minat baca pada
kami. Beliau kerapkali membelikan buku-buku bacaan ketika kebetulan bepergian
ke Surabaya. Buku-buku itu semisal seri Lima Sekawan, Trio Detektif, Pasukan
Mau Tahu, Cinderella, Putri Salju dan aneka buku lainnya.
Ketika buku bacaan dan majalah anak-anak
yang saya miliki jumlahnya semakin banyak, maka kami (saya dan kakak) mengadakan
persewaan buku. Kami menata buku-buku dan majalah itu dengan apik di rak,
semacam perpustakaan begitulah J. Kebetulan teman-teman suka bermain dan membaca di
rumah kami. Sistem menyewa pun juga khas anak-anak, boleh membaca sepuasnya
bila di rumah kami, namun harus membayar uang sewa bila dipinjam ke rumah.
Harga sewanya kalau tidak salah Rp. 50,- untuk 3 hari. Ternyata kecil-kecil
kami udah berotak bisnis ya hehehe. Lumayan, uang dari hasil persewaan itu bisa
untuk membeli buku baru atau juga buat jajan.
Sayang usaha “persewaan buku” ini tidak
berlanjut. Banyak faktor, karena kesibukan pelajaran sekolah, terkadang ada juga
teman-teman lupa tidak membayar atau mengembalikan buku atau majalah. Namun
kemungkinan besar disebabkan karena kami sekeluarga pindah rumah untuk
mengikuti tugas ayah.
Namun, cita-cita memiliki perpustakaan tak
begitu saja lenyap. Saya menyimpan cita-cita suatu saat kelak memiliki
ruangan khusus untuk perpustakaan
pribadi. Meski perpustakaan pribadi namun siapapun boleh membacanya. Bahkan
saya telah menyiapkan namanya yaitu Perpustakaan Hakky.
Untuk mendukung obsesi masa kecil ini, terkadang bila ada pameran (buku) saya
suka kalap belanja buku. Bagaimana nggak kalap, lha wong sepuluh buku hanya seratus ribu J. Buku-buku itu, saya sampul
dan tata rapi di lemari buku rumah kami. Entah kenapa saya merasa keren dan
berbudaya melihat buku-buku memenuhi rumah, meski jujur belum semua buku itu tuntas saya baca.
Obsesi kita sama, mak. Kalau ngga mepet DL tulisannya keren. 😂😊
ReplyDelete