Gambar diambil dari Google |
Tetap ada secercah harapan, berharap yang terbaik dan selalu berkhusnudzon, bahwa ditengah semakin maraknya pergaulan bebas yang melanda generasi muda, masih ada sebagian dari mereka yang tak mudah mengobral cinta sampai ijab kabul dirapalkan.
Jomblo until aqad
Mencintai dengan doa
Menitipkan cinta pada Sang Maha Cinta
Nikmatnya pacaran setelah pernikahan
Kalimat-kalimat diatas adalah beberapa jargon yang diusung oleh para high quality jomblo itu. Sebagai generasi yang bisa dibilang tidak muda lagi, walau bukan berarti telah banyak makan asam garam (gimana ya rasanya asam campur garam :D), penulis tentu sangat mendukung apa yang tersirat dalam jargon-jargon itu.
Membicarakan pernikahan jadi nyerempet ngomongin cinta dong...? Iya.
CINTA. Utamanya cinta yang behubungan dengan ketertarikan pada lawan jenis, penulis sangat percaya bahwa cinta yang tumbuh dalam lahan yang disebut pernikahan akan tumbuh lebih subur, kuat, berbunga indah plus berbuah lebat.
Ada sebagian golongan yang mempertanyakan, bagaimana bisa dua orang yang tidak atau belum saling cinta akan menjalani hidup bersama?
Padahal jawabannya mudah banget. Bagi muslim yang beriman tentu percaya bahwa tak ada yang sulit bagi Allah untuk meniupkan cinta dalam hati dua orang yang menautkan hubungan yang halal demi mengharap ridho-Nya. Toh, sebelum menikah, kedua calon tetap mendapat kesempatan untuk saling melihat dan mengenal, yang disebut taaruf, sebelum akhirnya memutuskan melangkah ke tahap berikutnya.
Sudah banyak contoh dari para orang tua ataupun generasi sesudahnya yang pernikahannya langgeng walau tanpa proses pacaran yang panjang. Salah satunya, penulis akan menulis ulang sebuah kisah pasangan. Kisah ini lucu sekaligus menginspirasi.
Adalah Kyai Abdul Fatah muda, dari pondok pesantren Tambak Beras Jombang. Pemuda sederhana ini menikah dengan Musyarrofah binti Bisri Syansuri, gadis dari desa Denanyar Jombang, yang merupakan saudara sepupunya sendiri. Mereka menikah karena sami'na wa atho'na (mendengar dan mematuhi) pada kedua orangtua. Singkat cerita, dengan perayaan sederhana mengundang karib kerabat dan tetangga, terlaksanalah pernikahan yang sakral itu. Pengantin baru itu lalu menempati salah satu kamar di kompleks pondok pesantren Denanyar.
Tapi rupanya, gadis Musyarrofah belum siap benar dinikahkan dengan pemuda Abdul Fatah. Bagi gadis itu, pemuda Abdul Fatah bukan tipe lelaki idamannya. Maka ketika malam menjelang, sebelum pemuda Abdul Fatah pulang mengajar, Musyarrofah bersembunyi di kolong ranjang di kamar mereka dan baru keluar ketika suaminya berangkat ke masjid untuk sholat subuh keesokan paginya. Hal ini terus berlangsung sampai beberapa lama.
Suatu malam, seperti biasa pemuda Abdul Fatah masuk ke kamarnya. Dia merebahkan badannya ke ranjang tanpa menyadari bahwa di bawah ranjang itu ada istri yang bersembunyi. Sambil menatap langit-langit kamar, pemuda Abdul Fatah bergumam lirih, "Katanya anak gadis yang namanya Musyarrofah itu sudah diberikan padaku, tapi kenapa tiap malam aku masih saja tidur sendiri? Nasib... nasib...!"
Tak beberapa lama Abdul Fatah pun bersiap-siap memejamkan mata. Namun tiba-tiba...
"Hattchimmm...!"
Abdul Fatah yang sudah hampir masuk ke alam mimpi terkejut mendengar suara bersin seseorang dari bawah ranjangnya. Dia segera melompat turun, berjongkok dan melongok untuk memeriksa. Dan alangkah terkejutnya ketika didapati Musyarrofah memandanginya malu-malu takut-takut. Sepertinya gadis itu tidak bisa menahan serangan bersin yang datang tanpa permisi. Entah apa yang kemudian terjadi selanjutnya pada malam itu, yang pasti pasangan ini kelak memiliki 12 putra dan putri.
***
Demikianlah, cinta yang tumbuh di taman indah bernama pernikahan, akan tumbuh lebih kuat dan indah, karena ada campur tangan Sang Maha Rahim di sana. Dia sendiri yang akan menjamin tumbuhnya kasih dan sayang itu, seperti termaktub dalam sebuah ayat yang sudah sangat populer yaitu Ar-Rum ayat 21. Ayat tersebut berbunyi:
Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Jika ditanya apakah penulis memiliki pengalaman serupa? Mungkin jawaban yang paling tepat adalah serupa tapi tak sama :D
Terakhir, senyampang ini bulan Dzulhijjah dengan segala keutamaannya, yang mana banyak sebutan untuk bulan ini antara lain bulan besar, bulan haji, bulan kurban dan bulan kawin :D, mari kita langitkan doa bagi jomblower supaya segera dianugerahi jodoh yang terbaik, Amin.
Wallahua'lam
Malang, 25 Agustus 2017
Bunda Farhanah
Aahh masyaallah....as alwayss bundaa. Bacanyaa enak! Jlebb-jlebb syahduu! Maniis masyaallah😙😙
ReplyDeleteaamiin
ReplyDeleteHwaaa hwaa hwaaa... Aamiin
ReplyDeleteOoaaah...senyum-senyum aku bacanya:D
ReplyDeleteKisah yang luarbiasa... masya Allah. Semoga disegerakan
ReplyDeleteaamiin, ikut mengaminkan doanya, semoga yang jomblo segera didekatkan jodohnya...:)
ReplyDeleteBtw, Mbak, cekikikan saya baca cerita Kyai Abdul Fatah. Untung istrinya di kolong cuma bersin. Lha kalo masuk angin terus keluar bau tak sedap gimana haha..
Nice sharing, Terima kasih:)