Review Buku: Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal
Penulis: Dr. Muhammad Husain Haekal
Penerjemah: Ali Audah
Genre: Nonfiksi, Sejarah
Penerbit: Litera Antar Nusa
Tebal: 697 halaman.
Sebenarnya, kami sudah lama memiliki buku yang lumayan tebal ini. Suami telah membelinya jauh sebelum kami menikah. Waktu itu, saat masih pengantin baru, saya melihat doi menenteng buku yang alamak tebal banget, pasti doi hobi baca nih, batin saya dengan pandangan matalopelope hahaha. Dan sebagai istri yang baik saya pun ikutan nebeng baca juga. Ah, sebuah pengantar yang tak penting, #abaikan.
Buku ini tebal sekali. Saking tebalnya bisa dibuat bantal hehehe (enggaklah ya). Aslinya buku ini berjudul Hayat Muhammad dan berbahasa arab. Sang penulis, Dr Muhammad Husain Haekal (wafat 1956) adalah penulis produktif berkebangsaan Mesir. Sejak muda beliau telah aktif menulis. Menulis apa saja, sastra, sejarah, budaya sampai politik. Namun di tahun-tahun terakhir kehidupannya, beliau lebih banyak menulis tentang keislaman. Dan salah satu karya beliau yang paling fenomenal serta telah diterjemahkan ke berbagai bahasa adalah buku ini.
Terdiri dari 31 bab tentang sejarah Nabi Muhammad. Sangat lengkap mengulas tentang riwayat Nabi bahkan juga disertai penjelasan mengenai sejarah Arab Pra Islam, paganisme, kondisi Makkah dan rumah sucinya pada masa lampau sampai pada leluhur Nabi yang terkenal akan kemuliaan akhlak dan kedermawanan.
Yang menarik di sini, dijelaskan bahwa bila diurut, Nabi lahir dari jalur leluhur suci dan tak sekalipun menyembah berhala. Orang tua dan leluhur Nabi (jalur vertikal} adalah orang-orang yang memeluk agama tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Bahkan di antara nenek moyang Nabi, ada dua pemuda yang dikurbankan karena perintah Tuhan. Kedua pemuda ini sangat patuh ketika akan disembelih. Pemuda-pemuda mulia itu yang pertama adalah Nabi Ismail as dan yang kedua, ayah Nabi sendiri, Abdullah bin Abdul Mutholib. Ini mematahkan opini dari berbagai pihak, utamanya di luar Islam, yang mengatakan bahwa orang tua dan leluhur Nabi adalah penyembah berhala. "Allah memindah-pindahkanku dari sulbi-sulbi yang suci ke rahim-rahim yang suci pula." Begitu Nabi bersabda.
Untuk kisah penyembelihan Nabi Ismail mungkin anda sudah paham. Kisah ini sangat populer karena mengiringi Hari Raya Idul Adha. Sedangkan kisah penyembelihan kedua, yang terjadi pada ayahanda Nabi, Abdullah bin Abdul Mutholib terjadi karena nadzar.
Abdul Muntholib, adalah putra Hasyim yang menggantikan ayahnya menjaga Rumah Suci, melayani tamu (peziarah haji), mengatur distribusi air dsb. Sebagaimana ayahnya, Abdul Mutholib menjadi petinggi Mekkah yang disegani karena keluhuran budi, akhlak dan kedermawanannya.
Waktu itu sumur Zamzam belum ditemukan lagi semenjak terkubur ratusan tahun silam. Abdul Mutholib yang waktu itu baru memiliki satu anak laki-laki bernama Harits, bermimpi mendapat bisikan ghaib tentang di mana sumur Zamzam itu berada. Maka digalilah kembali sumur itu bersama Harits dengan tempat sesuai petunjuk dalam mimpi. Setelah beberapa hari menggali, air sumur Zamzam itu pun memancar. Alangkah senangnya Abdul Mutholib dan Harits. Penduduk Mekkah yang awalnya pesimis sumur iti akan ditemukan juga ikut bergembira.
Untuk melancarkan tugas sebagai penjaga Rumah Suci, yang dirasa berat hanya dibantu seorang putranya, Abdul Mutholib bernadzar, bila Allah mengaruniai sepuluh anak laki-laki maka akan dikurbankan salah satu di antara mereka.
Ternyata takdir Allah menetapkan Abdul Mutholib memiliki sepuluh anak laki-laki. Sesuai nadzar, petinggi Quraysi itu pun membuat undian yang berisi nama-nama putranya untuk diundi, siapakah gerangan yang akan terpilih menjadi "kurban". Dan selama beberapa kali lemparan, yang keluar selalu nama pemuda Abdullah, putra kesayangannya.
Mau tidak mau, Abdul Mutholib bergegas juga melaksanakan nadzarnya. Maka dengan penuh kepatuhan, Abdullah menurut ketika ayahnya membawanya ke tempat penyembelihan. Namun penduduk Mekkah yang melihat peristiwa ini, berteriak supaya Abdul Mutholib menggantinya saja dengan unta.
Atas saran seorang bijak, dilakukanlah pengundian antara nama Abdullah dengan jumlah unta yang akan disembelih. Dimulai dari pengundian sepuluh ekor unta dan Abdullah, yang keluar nama Abdullah. Ditambah lagi sepuluh ekor unta, namun yang keluar tetap nama Abdullah. Mereka terus menambah lagi jumlahnya sampai seratus ekor dan baru keluarlah nama unta.
Allahu Akbar. Seratus ekor unta itu pun disembelih sebagai pengganti jiwa Abdullah.
Beberapa saat setelah peristiwa ini, Abdullah pemuda berakhlak mulia, yang tak pernah sekalipun menyembah berhala dan ikut-ikutan dalam gaya hidup hedonisme Mekkah saat itu, kemudian menikah dengan Aminah, gadis suci yang juga mulia dan berasal dari keluarga terpandang dan tak pernah menyembah berhala. Dari pasangan inilah, Allah menitiskan Muhammad sebagai Nabi akhir zaman.
Usia Abdullah tak lama setelah itu, karena ia meninggal ketika dalam perjalanan pulang dari perniagaan ke negeri Syam. Ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil dan Nabi lahir dalam keadaan yatim.
Itulah sebagian dari sejarah hidup Nabi yang tertulis dalam buku yang lengkap ini. Selain itu buku ini juga mengulas Hijrah, pernikahan, istri-istri, peperangan, peristiwa Fathu Mekkah sampai wafatnya beliau. Walau saya membacanya kadang loncat-loncat namun feel-nya sangat membekas.
Semoga kita mampu meneladani Nabi dan mendapat syafaatnya kelak. Amin.
Selamat Membaca
Penulis: Dr. Muhammad Husain Haekal
Penerjemah: Ali Audah
Genre: Nonfiksi, Sejarah
Penerbit: Litera Antar Nusa
Tebal: 697 halaman.
Sebenarnya, kami sudah lama memiliki buku yang lumayan tebal ini. Suami telah membelinya jauh sebelum kami menikah. Waktu itu, saat masih pengantin baru, saya melihat doi menenteng buku yang alamak tebal banget, pasti doi hobi baca nih, batin saya dengan pandangan matalopelope hahaha. Dan sebagai istri yang baik saya pun ikutan nebeng baca juga. Ah, sebuah pengantar yang tak penting, #abaikan.
Buku ini tebal sekali. Saking tebalnya bisa dibuat bantal hehehe (enggaklah ya). Aslinya buku ini berjudul Hayat Muhammad dan berbahasa arab. Sang penulis, Dr Muhammad Husain Haekal (wafat 1956) adalah penulis produktif berkebangsaan Mesir. Sejak muda beliau telah aktif menulis. Menulis apa saja, sastra, sejarah, budaya sampai politik. Namun di tahun-tahun terakhir kehidupannya, beliau lebih banyak menulis tentang keislaman. Dan salah satu karya beliau yang paling fenomenal serta telah diterjemahkan ke berbagai bahasa adalah buku ini.
Terdiri dari 31 bab tentang sejarah Nabi Muhammad. Sangat lengkap mengulas tentang riwayat Nabi bahkan juga disertai penjelasan mengenai sejarah Arab Pra Islam, paganisme, kondisi Makkah dan rumah sucinya pada masa lampau sampai pada leluhur Nabi yang terkenal akan kemuliaan akhlak dan kedermawanan.
Yang menarik di sini, dijelaskan bahwa bila diurut, Nabi lahir dari jalur leluhur suci dan tak sekalipun menyembah berhala. Orang tua dan leluhur Nabi (jalur vertikal} adalah orang-orang yang memeluk agama tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Bahkan di antara nenek moyang Nabi, ada dua pemuda yang dikurbankan karena perintah Tuhan. Kedua pemuda ini sangat patuh ketika akan disembelih. Pemuda-pemuda mulia itu yang pertama adalah Nabi Ismail as dan yang kedua, ayah Nabi sendiri, Abdullah bin Abdul Mutholib. Ini mematahkan opini dari berbagai pihak, utamanya di luar Islam, yang mengatakan bahwa orang tua dan leluhur Nabi adalah penyembah berhala. "Allah memindah-pindahkanku dari sulbi-sulbi yang suci ke rahim-rahim yang suci pula." Begitu Nabi bersabda.
Untuk kisah penyembelihan Nabi Ismail mungkin anda sudah paham. Kisah ini sangat populer karena mengiringi Hari Raya Idul Adha. Sedangkan kisah penyembelihan kedua, yang terjadi pada ayahanda Nabi, Abdullah bin Abdul Mutholib terjadi karena nadzar.
Abdul Muntholib, adalah putra Hasyim yang menggantikan ayahnya menjaga Rumah Suci, melayani tamu (peziarah haji), mengatur distribusi air dsb. Sebagaimana ayahnya, Abdul Mutholib menjadi petinggi Mekkah yang disegani karena keluhuran budi, akhlak dan kedermawanannya.
Waktu itu sumur Zamzam belum ditemukan lagi semenjak terkubur ratusan tahun silam. Abdul Mutholib yang waktu itu baru memiliki satu anak laki-laki bernama Harits, bermimpi mendapat bisikan ghaib tentang di mana sumur Zamzam itu berada. Maka digalilah kembali sumur itu bersama Harits dengan tempat sesuai petunjuk dalam mimpi. Setelah beberapa hari menggali, air sumur Zamzam itu pun memancar. Alangkah senangnya Abdul Mutholib dan Harits. Penduduk Mekkah yang awalnya pesimis sumur iti akan ditemukan juga ikut bergembira.
Untuk melancarkan tugas sebagai penjaga Rumah Suci, yang dirasa berat hanya dibantu seorang putranya, Abdul Mutholib bernadzar, bila Allah mengaruniai sepuluh anak laki-laki maka akan dikurbankan salah satu di antara mereka.
Ternyata takdir Allah menetapkan Abdul Mutholib memiliki sepuluh anak laki-laki. Sesuai nadzar, petinggi Quraysi itu pun membuat undian yang berisi nama-nama putranya untuk diundi, siapakah gerangan yang akan terpilih menjadi "kurban". Dan selama beberapa kali lemparan, yang keluar selalu nama pemuda Abdullah, putra kesayangannya.
Mau tidak mau, Abdul Mutholib bergegas juga melaksanakan nadzarnya. Maka dengan penuh kepatuhan, Abdullah menurut ketika ayahnya membawanya ke tempat penyembelihan. Namun penduduk Mekkah yang melihat peristiwa ini, berteriak supaya Abdul Mutholib menggantinya saja dengan unta.
Atas saran seorang bijak, dilakukanlah pengundian antara nama Abdullah dengan jumlah unta yang akan disembelih. Dimulai dari pengundian sepuluh ekor unta dan Abdullah, yang keluar nama Abdullah. Ditambah lagi sepuluh ekor unta, namun yang keluar tetap nama Abdullah. Mereka terus menambah lagi jumlahnya sampai seratus ekor dan baru keluarlah nama unta.
Allahu Akbar. Seratus ekor unta itu pun disembelih sebagai pengganti jiwa Abdullah.
Beberapa saat setelah peristiwa ini, Abdullah pemuda berakhlak mulia, yang tak pernah sekalipun menyembah berhala dan ikut-ikutan dalam gaya hidup hedonisme Mekkah saat itu, kemudian menikah dengan Aminah, gadis suci yang juga mulia dan berasal dari keluarga terpandang dan tak pernah menyembah berhala. Dari pasangan inilah, Allah menitiskan Muhammad sebagai Nabi akhir zaman.
Usia Abdullah tak lama setelah itu, karena ia meninggal ketika dalam perjalanan pulang dari perniagaan ke negeri Syam. Ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil dan Nabi lahir dalam keadaan yatim.
Itulah sebagian dari sejarah hidup Nabi yang tertulis dalam buku yang lengkap ini. Selain itu buku ini juga mengulas Hijrah, pernikahan, istri-istri, peperangan, peristiwa Fathu Mekkah sampai wafatnya beliau. Walau saya membacanya kadang loncat-loncat namun feel-nya sangat membekas.
Semoga kita mampu meneladani Nabi dan mendapat syafaatnya kelak. Amin.
Selamat Membaca
Comments
Post a Comment