Tak ada satu ucapan yang lebih agung dan indah dari memuji dan memuja Allah Robbul 'Alamin. Bahkan Allah berjanji akan memuliakan orang mukmin yang senantiasa
membaca kalimah-kalimah tasbih, tahmid dan takbir. Selain sebagai salah satu ungkapan rasa syukur, kalimat pujian juga merupakan bukti penghambaan kita kepada Allah.
Tak ada satupun malaikat kecuali mereka selalu melafazkan kalimat-kalimat yang memuji Allah. Begitu pun binatang, tumbuhan, bintang-bintang, planet, benda-benda angkasa dan semua yang ada dalam alam raya ini, bertasbih pada Allah Ta'ala.
Saking agungnya, ada kalimat tasbih yang akan langsung memberatkan timbangan (amal baik) kita, padahal sangat ringan untuk diamalkan. Kalimat itu adalah, "Subhanallah wa biihamdihii, Subahanallahhil "adzim."
Juga saking besarnya fadhilah (keutamaan) kalimat-kalimat pujian, menjadikannya menjadi salah satu poin dalam adab berdoa. Bagaimana bisa kita tidak memuji-muji Dzat sedangkan kita memohon dan mempersandarkan segala urusan jiwa raga serta dunia akhirat padanya?
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengawali dan mengakhiri doa dengan kalimat-kalimat pujian dan salawat pada Nabi. Dengan demikian, Inshaallah, doa-doa yang dilangitkan akan cepat terkabul.
Namun sayangnya, seringkali kita selalu terburu-buru dalam berdoa. Kadang lupa untuk memuji Allah dan bersalawat pada Nabi. Kadang pula melafazkan (pujian dan salawat) tapi hanya sebagai formalitas.
Dalam sebuah majelisnya, Gus Baha (KH. Bahaudin Nursalim) mengatakan yang redaksinya kurang lebih seperti ini (karena beliau lebih sering menggunakan bahasa Jawa):
Salah satu penyebab doa-doa tidak cepat terkabul adalah karena kurangnya kita dalam memuji-muji atau menyifati Allah. Seringkali dalam berdoa, kita meletakkan puji-pujian kepada Allah dan salawat kepada Nabi hanya sebagai syarat saja. Pujian dan salawat dua baris saja, lalu penjaluke (permintaan)-nya, dua lembar.
Padahal, kalau kita mau mencontoh, ulama-ulama terdahulu bila berdoa selalu diawali dan diakhiri dengan memperbanyak tasbih, tahmid, takbir, mewiridkan Asmaul Husna serta bersalawat dengan sebanyak-banyaknya. Istilahnya, pujian dan salawat dua lembar, lalu penjaluke dua baris saja.
Ada sebuah kalimat tasbih, yang sangat super istimewa. Tasbih ini juga sudah sangat familiar, tertera dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhori yang diajarkan Rasulullah pada salah satu istrinya, Siti Juwairiyah.
Dikisahkan, ketika itu Rasulullah sedang berada di rumah Ummul Mukminin Juwairiyah. Beliau hendak melakukan salat fajar dan keluar dari kediamannya. Setelah salat fajar dan duduk hingga matahari meninggi, beliau SAW pulang, sementara Juwairiyah masih tetap berada dalam salatnya.
Juwairiyah berkata," Aku tetap giat setelahmu, ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah SAW bersabda, " Aku akan mengajarkanmu kalimat, jika engkau kerjakan, niscaya akan lebih berat dalam timbangan.
Yaitu:
Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sejauh keridhoan-Nya, seberat arsy-Nya, dan sebanyak tinta (tulisan) kalimat-Nya."
Masyaallah, begitu ya Rasulullah mengajarkan kita. Baginda sepertinya paham jika manusia akhir zaman akan semakin sempit waktu, malas, enggan atau semacamnya dalam melafazkan pujian pada Allah dan salawat Nabi. Hingga dengan satu kali membaca kalimat tasbih yang ringkas seperti hadis di atas, langsung bernilai atau setara dengan bacaan tasbih dari milyaran (bahkan tak terhitung) makhluk di semesta raya ini. Apalagi bila dibaca berulang-ulang atau dibuat wirid, tentu tak bisa kita bayangkan kelipatannya.
Semoga selalu dimudahkan dalam mengamalkannya. Amien
Wallahua'lam
Tak ada satupun malaikat kecuali mereka selalu melafazkan kalimat-kalimat yang memuji Allah. Begitu pun binatang, tumbuhan, bintang-bintang, planet, benda-benda angkasa dan semua yang ada dalam alam raya ini, bertasbih pada Allah Ta'ala.
Saking agungnya, ada kalimat tasbih yang akan langsung memberatkan timbangan (amal baik) kita, padahal sangat ringan untuk diamalkan. Kalimat itu adalah, "Subhanallah wa biihamdihii, Subahanallahhil "adzim."
Juga saking besarnya fadhilah (keutamaan) kalimat-kalimat pujian, menjadikannya menjadi salah satu poin dalam adab berdoa. Bagaimana bisa kita tidak memuji-muji Dzat sedangkan kita memohon dan mempersandarkan segala urusan jiwa raga serta dunia akhirat padanya?
Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengawali dan mengakhiri doa dengan kalimat-kalimat pujian dan salawat pada Nabi. Dengan demikian, Inshaallah, doa-doa yang dilangitkan akan cepat terkabul.
Namun sayangnya, seringkali kita selalu terburu-buru dalam berdoa. Kadang lupa untuk memuji Allah dan bersalawat pada Nabi. Kadang pula melafazkan (pujian dan salawat) tapi hanya sebagai formalitas.
Dalam sebuah majelisnya, Gus Baha (KH. Bahaudin Nursalim) mengatakan yang redaksinya kurang lebih seperti ini (karena beliau lebih sering menggunakan bahasa Jawa):
Salah satu penyebab doa-doa tidak cepat terkabul adalah karena kurangnya kita dalam memuji-muji atau menyifati Allah. Seringkali dalam berdoa, kita meletakkan puji-pujian kepada Allah dan salawat kepada Nabi hanya sebagai syarat saja. Pujian dan salawat dua baris saja, lalu penjaluke (permintaan)-nya, dua lembar.
Padahal, kalau kita mau mencontoh, ulama-ulama terdahulu bila berdoa selalu diawali dan diakhiri dengan memperbanyak tasbih, tahmid, takbir, mewiridkan Asmaul Husna serta bersalawat dengan sebanyak-banyaknya. Istilahnya, pujian dan salawat dua lembar, lalu penjaluke dua baris saja.
Ada sebuah kalimat tasbih, yang sangat super istimewa. Tasbih ini juga sudah sangat familiar, tertera dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhori yang diajarkan Rasulullah pada salah satu istrinya, Siti Juwairiyah.
Dikisahkan, ketika itu Rasulullah sedang berada di rumah Ummul Mukminin Juwairiyah. Beliau hendak melakukan salat fajar dan keluar dari kediamannya. Setelah salat fajar dan duduk hingga matahari meninggi, beliau SAW pulang, sementara Juwairiyah masih tetap berada dalam salatnya.
Juwairiyah berkata," Aku tetap giat setelahmu, ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah SAW bersabda, " Aku akan mengajarkanmu kalimat, jika engkau kerjakan, niscaya akan lebih berat dalam timbangan.
Yaitu:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Artinya:
Maha Suci Allah dengan segala puji bagi-Nya, sebanyak hitungan makhluk-Nya, sejauh keridhoan-Nya, seberat arsy-Nya, dan sebanyak tinta (tulisan) kalimat-Nya."
Masyaallah, begitu ya Rasulullah mengajarkan kita. Baginda sepertinya paham jika manusia akhir zaman akan semakin sempit waktu, malas, enggan atau semacamnya dalam melafazkan pujian pada Allah dan salawat Nabi. Hingga dengan satu kali membaca kalimat tasbih yang ringkas seperti hadis di atas, langsung bernilai atau setara dengan bacaan tasbih dari milyaran (bahkan tak terhitung) makhluk di semesta raya ini. Apalagi bila dibaca berulang-ulang atau dibuat wirid, tentu tak bisa kita bayangkan kelipatannya.
Semoga selalu dimudahkan dalam mengamalkannya. Amien
Wallahua'lam
Comments
Post a Comment