Idul Fitri 1441 H/2020 M di Tengah Pandemi Covid-19, Sebuah Catatan
Selama 40 kali merayakan Lebaran, mungkin tahun ini adalah yang paling bersejarah dalam hidup saya. Melebihi bersejarahnya Lebaran tahun 2000 ketika si Babang merapal nama saya dalam Ijab Kabul di depan Paman #aiish. Virus Corona atau yang disebut Coronavirus Desease 19 (Covid-19)-lah "tersangka utama" yang menyebabkan sejarah tak biasa ini menggelinding.
Ini adalah beberapa poin-poin penting yang saya catat, terkait lebaran bersejarah tahun ini. Kami melaksanakannya dengan sadar dan rela sesuai himbauan Pemerintah untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.
Lebaran tidak mudik yang mana adalah tradisi unik Lebaran Nusantara yang jarang ditemukan di negara lain.
Meski kedua orang tua/mertua kami sudah tiada, biasanya saya tetap pulang ke Bangil dan Sampang untuk menziarahi makam mereka. Pun sowan menyambung silaturahmi kepada Paklik/Bulik/Bude/Sesepuh yang masih tersisa, sebagai perwujudan bakti kepada Orang tua yang sudah meninggal. Tapi tahun ini kami tidak ada acara mudik.
Salat Ied di rumah.
Baru kali ini pula, sesuai himbauan Pemerintah apalagi kota Malang tempat kami berdomisili berada dalam status PSBB, saya dan keluarga melaksanakan Salat Id di rumah. Setelah salat, kami lanjut membaca Yasin dan Tahlil untuk kedua orang tua dan mertua serta memohon agar wabah segera diangkat.
Tapi saya mengamati, Masjid Ramadhan di dekat rumah tetap mengadakan salat Ied walau dengan protokol kesehatan yang ketat. Harus memakai masker. Tidak boleh membawa anak-anak. Suhu tubuh diperiksa, cuci tangan atau pakai hand sanitizer yang telah disediakan takmir, membawa sajadah sendiri, jarak antar jemaah benar-benar diatur supaya tidak berdekatan, sepatu atau sandal dimasukkan dalam kantong yang disediakan dan dibawa ke dalam masjid, sehabis salat tidak ada bersalam-salaman, kecuali saling melempar senyum dari jauh lalu melenggang pulang. Dan tak kalah penting, beberapa hari sebelumnya, Takmir telah menyebar kupon dengan jumlah tertentu bagi masyarakat sekitar yang berencana salat Id di Masjid Ramadhan. Kenapa dalam jumlah tertentu? tentu untuk mengatur jarak antar Jemaah. Jika kapasitas biasanya menampung 300 orang maka hanya diisi 150 saja.
Sarapan dan Makan siang di hari Ied di rumah
Biasanya, di hari pertama Ied kami makan bersama keluarga besar dengan menu istimewa. Opor, rujak soto atau lainnya. Tapi karena tidak mudik maka makan bersama hanya dengan keluarga kecil kami saja. Menunya? tak kalah spesial juga dong. Walau ngga jago masak, not bad lah hehhe.
Tidak ada unjung-unjung atau anjangsana.
Sesuai himbauan Pemerintah pula, maka tidak ada silaturahmi. Beruntung ada aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Video Call dan lainnya yang sangat membantu silaturahmi via virtual, terutama untuk sekedar mengucap selamat dan mohon maaf pada kerabat/ sesepuh yang jauh. Untuk tetangga (terutama sebelah kanan kiri) dan saudara yang dekat, kami tetap mengusahakan untuk bersilaturahmi, tentu dengan tidak bergerombol atau berombongan dan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat. Memakai masker, membawa Hand sanitizer dan segera ganti baju serta mandi sesampainya di rumah.
Tidak membuat kue kering lebaran
Nah ini dia, biasanya saya bikin kue kering khas lebaran. Kastengel dengan ekstra keju yang lezat sesuai request anak-anak, nastar, chocochip, semprit. Tapi tahun ini, sementara libur dulu. Untuk belanja bahan kue kan harus ke pasar toh, sementara beberapa waktu terakhir ini, kalau belanja harian saya cukup titip di tukang sayur langganan.
Demikianlah beberapa poin yang sempat saya catat pada lebaran tahun ini. Tentunya masih buanyak serba-serbi lainnya yang unik tapi tidak tercatat di sini. Yang pasti harus digarisbawahi, dapat merayakan lebaran dengan keluarga dan bisa makan dengan kenyang dalam kondisi pandemik adalah satu hal yang wajib, wajib dan wajib kita syukuri. Alhamdulillah.
Terima kasih sudah membaca. Selamat Idul Fitri 1441 H, Mohon maaf lahir dan batin, semoga bertemu dengan Ramadhan tahun depan dan wabah segera diangkat dari muka bumi. Amien.
Malang, 27 Mei 2020/ 4 Syawal 1441 H
Ini dia Jalur mudik Lebaran 1441 |
Membaca Yasin dan Tahlil setelah Salat Id di rumah |
Dapat foto, pamanda sedang memberi khotbah Hari Raya. Semoga sehat selalu paman. |
Setelah suasana Lebaran, Wacana hidup normal yang new telah diungkap oleh Pemerintah |
Dapat kiriman, foro bersama sehabis salat Ied di keluarga Sampang |
Dapat kiriman foto, suasana buka bersama malam hari Raya di Sampang |
Comments
Post a Comment