"Allah memindah-pindahkanku dari sulbi-sulbi
yang suci ke rahim-rahim yang suci pula." Nabi Muhammad SAW
Ini sangat menarik, dari hadist di atas jelas sudah bahwa Allah telah memindah-pindahkan Nur Muhammad~manusia terpilih yang kelak membawa risalah langit, dari sulbi-sulbi suci ke rahim-rahim suci.
Dijelaskan bila diurut, Nabi SAW lahir dari
jalur leluhur suci dan tak sekalipun menyembah berhala. Orang tua dan
leluhur Nabi (jalur vertikal) adalah orang-orang yang memeluk agama
tauhid yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim. Ini mematahkan opini dari berbagai pihak,
utamanya di luar Islam, yang mengatakan bahwa orang tua dan leluhur Nabi
adalah penyembah berhala.
Bahkan di antara nenek moyang Rasulullah, ada dua pemuda yang dikurbankan karena perintah Tuhan. Kedua pemuda ini sangat patuh ketika akan disembelih. Pemuda-pemuda mulia itu yang pertama adalah Nabi Ismail as dan yang kedua, ayah Nabi sendiri, Abdullah bin Abdul Mutholib.
Untuk kisah penyembelihan Nabi Ismail mungkin anda sudah paham. Kisah
ini sangat populer karena mengiringi Hari Raya Idul Adha. Sedangkan
kisah penyembelihan kedua, yang terjadi pada ayahanda Nabi, Abdullah bin
Abdul Mutholib terjadi karena nadzar.
Abdul Muntholib, adalah putra Hasyim yang menggantikan ayahnya menjaga
Rumah Suci, melayani tamu (peziarah haji), mengatur distribusi air dsb.
Sebagaimana ayahnya, Abdul Mutholib menjadi petinggi Mekkah yang
disegani karena keluhuran budi, akhlak dan kedermawanannya.
Waktu itu sumur Zamzam belum ditemukan lagi semenjak terkubur ratusan
tahun silam. Abdul Mutholib yang waktu itu baru memiliki satu anak
laki-laki bernama Harits, bermimpi mendapat isyarah tentang di
mana sumur Zamzam itu berada. Maka digalilah kembali sumur itu bersama
Harits dengan tempat sesuai petunjuk dalam mimpi. Setelah beberapa hari
menggali, air sumur Zamzam itu pun memancar. Alangkah senangnya Abdul
Mutholib dan Harits. Penduduk Mekkah yang awalnya pesimis sumur tua itu akan
ditemukan juga ikut bergembira.
Untuk melancarkan tugas sebagai penjaga Rumah Suci, yang dirasa berat
hanya dibantu seorang putranya, Abdul Mutholib bernadzar, bila Allah
mengaruniai sepuluh anak laki-laki maka akan dikurbankan salah satu di
antara mereka.
Ternyata takdir Allah menetapkan Abdul Mutholib memiliki sepuluh anak
laki-laki. Sesuai nadzar, petinggi Quraysi itu pun membuat undian yang
berisi nama-nama putranya untuk diundi, siapakah gerangan yang akan
terpilih menjadi "kurban". Dan selama beberapa kali lemparan, yang
keluar selalu nama pemuda Abdullah, putra kesayangannya.
Mau tidak mau, Abdul Mutholib bergegas juga melaksanakan nadzarnya. Maka
dengan penuh kepatuhan, Abdullah menurut ketika ayahnya membawanya ke
tempat penyembelihan. Namun penduduk Mekkah yang melihat peristiwa ini,
berteriak supaya Abdul Mutholib menggantinya saja dengan unta.
Atas saran seorang bijak, dilakukanlah pengundian antara nama Abdullah
dengan jumlah unta yang akan disembelih. Dimulai dari pengundian sepuluh
ekor unta dan Abdullah, yang keluar nama Abdullah. Ditambah lagi
sepuluh ekor unta, namun yang keluar tetap nama Abdullah. Mereka terus
menambah lagi jumlahnya sampai seratus ekor dan baru keluarlah nama
unta.
Allahu Akbar! Seratus ekor unta itu pun disembelih sebagai pengganti jiwa Abdullah.
Beberapa saat setelah peristiwa ini~Abdullah pemuda berakhlak mulia,
yang tak pernah sekalipun menyembah berhala dan ikut-ikutan dalam gaya
hidup hedonisme Mekkah saat itu, menikah dengan Aminah, gadis
suci yang juga mulia dan berasal dari keluarga terpandang dan tak pernah
menyembah berhala. Dari pasangan inilah, Allah menitiskan Muhammad
sebagai Nabi akhir zaman.
Usia Abdullah tak lama setelah itu, karena ia meninggal ketika dalam
perjalanan pulang dari perniagaan ke negeri Syam. Ia meninggalkan
istrinya yang sedang hamil dan Nabi lahir dalam keadaan yatim.
Happy Mawlid. Shollu Alan Nabi
Malang, 3 Robiul Awal 1441 H/20 Oktober 2020
Dari berbagai sumber
Comments
Post a Comment