|Mbok Tenong dan Lelampah Ibu|
Beberapa tahun lalu aku pernah "gregetan" sama seseorang.
Apa pasal?
Karena orang itu setiap hari mampir ke rumah dan menjual aneka gorengan pada ibuku. Padahal ibuku disuruh menghindari makan makanan berminyak oleh dokter karena penyakit yang dideritanya.
"Umi, sampun tumbas gorengan maleh nggih..." ucapku mengingatkan Ibu. Tak lupa menyediakan pisang kukus, kadang jagung kukus atau aneka polo pendem kukus sebagai kudapan pengganti untuk beliau.
"Lha wong sitik ae mosok ga boleh...."
"Sedikit kalau setiap hari kan lama-lama banyak, Umi," sahutku sambil menunjukkan hasil tes gula beliau.
Tapi ibu tak mengindahkan, setiap hari tetap membeli gorengan.
Tak kehilangan akal, aku samperin Mbok bakul gorengan dan mengatakan supaya jangan setiap hari mampir ke rumah dengan alasan penyakit ibu seperti di atas.
Cara ini lumayan ada hasilnya, Mbok gorengan jarang terlihat lagi kecuali satu atau dua kali sepekan.
***
Pagi itu aku membuka pintu pagar, hendak mengeluarkan motor karena akan berbelanja. Rumah terasa sepi, anak-anak sekolah, dan ibuku telah 10 hari yang lalu berpulang.
"MBAK!"
Aku sudah siap dengan helm dan menstarter motor ketika kudengar ada orang memanggil. Aku menoleh ke sumber suara. Ternyata Mbok bakul gorengan. Ia menghampiri dengan langkahnya yang khas dengan menyunggi tenong di kepala.
"Mbak, Umi sepuh sedo, nggih?" Tanyanya setelah berada di dekatku.
"Inggih, Mak. Maaf ya baru sempat mengabari soalnya langsung dibawa ke Bangil dan dimakamkan di sana. Saya juga baru kemarin datang. Maafkan kesalahan Umi, ya."
"Inggih Mbak sami-sami. Saya minta maaf juga, Mbak. Umi sepuh orang baik. Selalu beli dagangan saya."
Lalu dengan mata berkaca-kaca ia bercerita, bahwa ibuku masih (hampir) setiap hari tetap membeli gorengan di mboknya, tanpa sepengetahuanku.
Menatap wajah si Mbok yang tulus, seketika hatiku yang sebelumnya "gregetan" padanya, langsung meleleh.
Dan sampai sekarang, ribuan hari sejak ibu tiada, aku meneruskan "lelampah" ibu, menjadi pelanggan gorengan si Mbok tenong.
Lahal Fatihah.
Malang, 12 April 2021
Al Fatihah untuk Uminya Mb Nazlah. Suka sekali dengan cara bernarasinya Mbak. Terbaik ❤️❤️❤️
ReplyDelete