Ikhlas adalah sebuah keadaan, ketika
kita beramal atau berbuat baik, tanpa ingin diketahui siapa pun kecuali Allah
SWT.
Sederhananya, ikhlas adalah ketika
berbuat sesuatu kebaikan, kita tak ingin mengharap ucapan terima kasih, pujian,
ketenaran apalagi balasan dari manusia. Kalau berbuat keburukan, jelas
manusia itu pasti akan sembunyi-sembunyi, karena malu bila ketahuan.
Menurut para Ulama, ikhlas itu amalan
yang sulit. Butuh latihan yang terus menerus sepanjang hidup.
Makanya, saking sulitnya, ikhlas bukan
termasuk dalam syarat sah salat, amalan yang akan dihisab pertama di hari
perhitungan kelak. Bayangkan jika ikhlas termasuk dalam rukun salat? Akan
sedikit sekali manusia yang sah salatnya. Ya, toh?
Kesulitan mencapai ikhlas, sebenarnya
karena sifat manusia sendiri. Manusia memiliki ego, nafsu, ingin dikenal, ingin
dianggap baik, ingin terlihat pintar dan sebagainya (riya'). Ini manusiawi,
walau bagaimanapun manusia butuh eksistensi.
Sekelas Imam Ahmad, ketika ditanya,
"Apakah Anda ikhlas dalam melakukan segala hal selama ini?"
Jawaban beliau, "Adapun
keihlasan itu mulia dan sangat berat. Adapun sy hanya melakukan apa yang saya
bisa."
Menurut para ulama, cara melatih
keikhlasan adalah tetap melaksanakan amal baik, ikhlas atau pun belum ikhlas,
tetap saja melaksanakan kebaikan senyampang bisa dan ada waktu.
Bila dipuji, dikagumi orang, ucapkan
Alhamdulillah.
Begitu pula bila dicela, dituduh
riya', dibilang cari muka, tidak perlu ditanggapi. Ya, biarkan saja. Istilah kekiniannya: TIDAK TERBANG SAAT DIPUJI TIDAK TUMBANG SAAT DIMAKI.
Dalam sebuah hadis, disebutkan jika ikhlas
adalah salah satu Rahasia Allah SWT dengan hambanya. Maka terus saja berbuat baik. Biar
Allah yang menilai, dan mengampuni bila memang benar-benar terselip riya' di hati ini. Inshaallah dengan washilah kebermanfaatan yang timbul atas perbuatan baik
kita, Allah pasti memaafkan dan akhirnya tidak menghanguskan amal kebaikan yang sudah kita kerjakan.
Cemunguth
Comments
Post a Comment