Salam pembaca yang budiman.
Adalah sebuah waktu mustajab untuk berdoa, yang mana ketika memanjatkan doa pada saat itu, jaminan pasti akan dikabulkan. Menariknya, waktu tersebut bukan pada tengah malam, bukan saat berpuasa, bukan ketika adzan berkumandang dan bukan di waktu-waktu tertentu yang telah masyhur dikenal sebagai waktu mustajab, melainkan (waktunya) bisa di mana saja dan kapan saja.
Waktu yang bagaimanakah itu? bisakah anda menebaknya?
Ya anda benar, karena jawabannya tertera pada judul artikel ini ;D, yaitu (berdoa) saat anda melihat anugerah atau nikmat dari Allah yang diterima orang lain.
Misalnya begini: anda mengetahui bahwa teman anda sedang berbelanja baju yang bagus-bagus, maka segeralah berdoa: Ya Allah berkahilah belanjaan temanku, dan anugerahkan pula padaku dan keluargaku rejeki yang berlimpah, turah-turah, berkah manfaat buat sangu ibadah.
Atau, saat mengantar saudara berangkat haji, maka berdoalah semoga Allah melancarkan perjalanan ibadah saudara tersebut, dan semoga Allah takdirkan kita dan keluarga untuk segera berangkat haji atau umroh juga.
Redaksi doa bisa anda sesuaikan dengan kondisi dan hajat-hajat anda. Bisa memakai bahasa yang anda pahami, Jawa, Madura, Sunda, Inggris dan lain sebagainya.
Apakah hal ini ada dasarnya? Ada, dong.
Mari kita simak surat Ali Imron ayat 37 tentang kisah Nabi Zakariya ketika mengasuh Maryam.
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Arab-Latin: Fa taqabbalahā rabbuhā biqabụlin ḥasaniw wa ambatahā nabātan ḥasanaw wa kaffalahā zakariyyā, kullamā dakhala 'alaihā zakariyyal-miḥrāba wajada 'indahā rizqā, qāla yā maryamu annā laki hāżā, qālat huwa min 'indillāh, innallāha yarzuqu may yasyā`u bigairi ḥisāb
Artinya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Seperti telah anda ketahui, Maryam binti Imran adalah bayi yatim yang dinadzarkan oleh ibunya saat dalam kandungan untuk diserahkan ke Baitul Maqdis dan berkhidmah di rumah suci itu. Untuk membaca lebih lengkap tentang kelahiran Maryam bisa dibaca di Maryam, Anak Yang dinadzarkan.
Singkat cerita, sebagai kerabat yang paling dekat, karena bayi Maryam adalah keponakan istri Nabi Zakariya, pengasuhan bayi Maryam jatuh pada Nabi Zakariya. Seiring waktu Maryam tumbuh menjadi gadis kecil, dan setiap kali Nabi Zakariya masuk ke mihrab Maryam, selalu ada makanan di dekat Maryam. Hal ini membuat Nabi Zakariya terheran-heran, karena tak ada seorang pun keluar masuk mihrab Maryam kecuali dirinya sebagai pengasuh. Maka suatu saat ketika Nabi Zakariya masuk ke mihrab dan kembali mendapati aneka makanan di sana, bertanyalah ia kepada Maryam, dan terjadilah dialog seperti terekam dalam surat Ali Imron 37 di atas.
"Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" tanya Nabi Zakariya.
Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah, Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."
Di sinilah, saat mendengar jawaban tersebut seketika Nabi Zakariya tertegun dan menyadari kebaikan dan seperti itulah kasih Allah terhadap Maryam, maka itu mengingatkan dirinya untuk memohon kepada Allah seorang anak laki-laki, yang telah sejak lama dimohonkan, dalam kondisinya yang hampir putus asa, karena kini tubuhnya telah menua.
Nabi Zakariya segera berdoa dengan khusyuk, di mihrab Maryam yang penuh berkah dan saat melihat nikmat yang diterima keponakannya itu, seraya berkata ”Ya Tuhanku, berilah aku dari sisiMu seorang anak yang baik. sesungguhnya Enkau Maha Pendengar doa." Tak lama berselang, Allah mengabulkan doanya. Nabi Zakariya dianugerahi putra bernama Yahya yang kelak juga akan menjadi nabi dan membenarkan kalimat Allah yaitu Isa Ibnu Maryam.
Sebagian besar ulama ahli tafsir mengatakan beberapa hikmah yang dapat dipetik dari surat Ali Imron ayat 37 yaitu:
1. Keberkahan tempat yang dijadikan tempat beribadah, mengaji, menuntut ilmu.
Tempat-tempat yang dipakai untuk hal-hal kebajikan dan bermanfaat, seperti beribadah, mengaji, menuntut ilmu, berpotensi menjadi tempat yang keramat dan mustajabah. Contohnya Mihrab Maryam, adalah tempat yang tak pernah absen dipakai Maryam untuk beribadah dan bersujud kepada Allah, maka ketika Nabi Zakariya spontan berdoa di sana ketika melihat anugerah makanan lezat yang diterima Maryam, segera dikabulkan oleh Allah.
2. Saat melihat nikmat orang lain, bisa menjadi waktu dan tempat yang mustajab untuk berdoa. Maka dengan penuh pengharapan kita bisa bedoa dengan tulus semoga Allah memberikan keberkahan atas nikmat orang tersebut dan juga menganugerahkan nikmat yang sama atau bahkan lebih, kepada kita sekeluarga. Bahkan di sini bisa mengandung dua keutamaan, karena kita di sini juga mendoakan kebaikan untuk orang lain yang pastinya diaminkan malaikat.
3. Dengan berdoa untuk hajat diri sendiri, serta tak lupa mendoakan keberkahan kepada orang yang sedang menerima nikmat, maka bisa meredam rasa hasad, iri dan dengki terhadap nikmat yang diterima oleh orang lain. Imam Syafii berkata, melihat nikmat orang lain sama dengan memberi celah setan untuk masuk (ke dalam hati, sehingga rentan untuk membuat kita iri). Maka dengan berdoa ketika melihat orang lain yang dianugerahi nikmat, membantu meminimalisir timbulnya iri dan dengki.
***
Sebenarnya banyak kisah-kisah orang saleh dan alim yang membuktikan bagaimana mustajabnya doa ketika melihat nikmat orang lain.
Contoh yang paling dekat dengan kisah Nabi Zakariya di atas adalah kisah Hannah, ibunya Sayyidah Maryam. Dalam riwayat diceritakan bahwa Hannah tak kunjung hamil padahal usia semakin bertambah. Lalu pada suatu hari ia melihat seekor burung yang memberi makan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, membuat Hannah semakin merindukan kehadiran anak. Karena kenimatan yang diterima burung tadi, Hannah terus berdoa semoga Allah menganugerahinya seorang anak, dan Allah mengabulkan doa Hannah dan lahirlah Maryam yang termasuk dalam wanita pemimpin di surga.
Kita juga bisa membaca dalam biografi Imam Ghozaly. Diceritakan, jika ayah Imam Ghozaly selalu senang menghadiri kajian-kajian para ulama. Apabila melihat para ulama, ayahnya Imam Ghozaly akan memandang para ulama dengan penuh takdzim dan kagum seraya berdoa khusuk hingga menetes air mata agar dikaruniai anak-anak yang alim. Allah mengabulkan doa ayah Imam Ghozaly. Imam Ghozaly dan adiknya sama-sama menjadi ulama yang terkenal alim dan manfaat.
Demikianlah. Wallahua'lam bisshowwab. Semoga ada manfaatnya bagi saya dan anda. Aamien.
Malang, 2 Agustus 2023
Nazlah Hasni
Khodimah Majelis Taklim El-Hamidy.
Self Reminder
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Arab latin: Fa taqabbalahā rabbuhā biqabụlin ḥasaniw wa ambatahā nabātan ḥasanaw wa kaffalahā zakariyyā, kullamā dakhala 'alaihā zakariyyal-miḥrāba wajada 'indahā rizqā, qāla yā maryamu annā laki hāżā, qālat huwa min 'indillāh, innallāha yarzuqu may yasyā`u bigairi ḥisāb
Artinya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Baca artikel detikhikmah, "Kisah Nabi Zakaria Mengasuh Maryam hingga Akhirnya Dikarunia Anak" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6552173/kisah-nabi-zakaria-mengasuh-maryam-hingga-akhirnya-dikarunia-anak.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا ٱلْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَٰمَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Arab latin: Fa taqabbalahā rabbuhā biqabụlin ḥasaniw wa ambatahā nabātan ḥasanaw wa kaffalahā zakariyyā, kullamā dakhala 'alaihā zakariyyal-miḥrāba wajada 'indahā rizqā, qāla yā maryamu annā laki hāżā, qālat huwa min 'indillāh, innallāha yarzuqu may yasyā`u bigairi ḥisāb
Artinya: Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Baca artikel detikhikmah, "Kisah Nabi Zakaria Mengasuh Maryam hingga Akhirnya Dikarunia Anak" selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6552173/kisah-nabi-zakaria-mengasuh-maryam-hingga-akhirnya-dikarunia-anak.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Comments
Post a Comment