Membasuh Innerchild: Mengurai Akar Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kasus KDRT yang viral baru-baru ini, harus menjadi pelajaran penting bagi kita agar lebih baik kedepannya. Kita bersyukur karena korban sudah berada di tangan yang tepat, dan aman. Begitu juga pelaku kabarnya telah ditangani pihak berwajib. Ya, meski kasus ini sudah banyak yang membahas, sy tetap terpanggil untuk ikut menulisnya pula. Khususnya dari sisi innerchild yang mungkin belum pulih dari pelaku.

Sy tentu tidak paham benar bagaimana latar belakang pelaku, bagaimana pengasuhan yang didapat dari keluarga, bagaimana ia menghabiskan masa kecil dsb. Namun menurut ilmu Psikologi, Innerchild itu ada dan nyata.

Inner child adalah bagian dari diri kita yang terbentuk sejak kecil dan membawa pengaruh besar terhadap cara kita berinteraksi dengan orang lain di masa dewasa.

Jadi, di balik tindakan kekerasan ini, bisa jadi tersembunyi luka masa kecil~terutama dari pola pengasuhan,~yang belum pulih, yang masuk dalam alam bawah sadar dan mengakar menjelma sebagai kepribadian pelaku.

Pengasuhan yang tidak sehat, seperti perlakuan kasar, penolakan emosional, atau sikap overprotective, dapat menanamkan luka dalam jiwa seorang anak.

Luka ini sering kali tidak disadari oleh orang tua atau anak itu sendiri hingga mereka dewasa dan menghadapi masalah dalam hubungan mereka. Inner child yang terluka mungkin merasa tidak aman, tidak dicintai, atau tidak layak dihargai, yang kemudian mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan orang lain.

Ketika seseorang yang mengalami luka pengasuhan ini memasuki sebuah hubungan, luka tersebut bisa muncul dalam bentuk perilaku defensif, ketakutan akan penolakan, atau, dalam kasus yang lebih parah, perilaku kekerasan.

Pola pengasuhan yang tidak sehat di masa kecil bisa menjadi pola yang diulang dalam rumah tangga mereka sendiri.

Jadi, banyak pelaku KDRT yang sebenarnya menyimpan luka dalam dari masa kecil mereka yang belum diselesaikan.

Mereka mungkin tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan, di mana mereka belajar bahwa kekerasan adalah cara untuk mengatasi konflik atau menunjukkan kekuasaan.

Tanpa pemahaman dan penanganan yang tepat, luka ini terus berkembang dan mempengaruhi perilaku mereka di masa dewasa.

Untuk menghentikan siklus kekerasan dalam rumah tangga, maka penting untuk membasuh luka pengasuhan dan menyembuhkan inner child yang terluka. Ini bisa dimulai dengan:

  • Menyadari dan Mengakui Luka: Langkah pertama adalah menyadari bahwa ada luka yang perlu disembuhkan. Kesadaran ini bisa datang dari refleksi diri, konseling, atau dukungan dari orang-orang terdekat.
  • Mencari Bantuan Profesional: Terapi psikologis, terutama yang berfokus pada penyembuhan inner child, dapat membantu mengurai luka-luka masa lalu dan memutus siklus kekerasan.

Satu poin penting yang harus menjadi catatan kita sebagai orang tua. Yaitu sebisa mungkin, orang tua untuk meninggalkan jejak bahagia saja pada jiwa anak-anak. Melimpahi mereka dengan kasih sayang yang tulus. Memandang mereka sebagai penerus yang akan melanggengkan sujud, amal salih dan kebaikan-kebaikan.

Terakhir, bila memang ada luka masa kecil yang kita alami, dan menjelma innerchild dalam diri, maka cara terbaik adalah berdamai, maafkan orang tua atau siapa pun yang pernah menyakiti, buang dendam, terima dengan baik apa yang ada pada diri, mengingat-ingat kebaikan yang kita dapat dari orang tua dan memperbanyak syukur karena sejatinya kenikmatan yang kita terima jauh lebih banyak dari kesengsaraan.

Mungkin sulit pada awalnya bila hati terlanjur sakit dan mengendap bertahun-tahun, tapi tetap semangat demi  masa depan yang lebih baik.


Malang, Agustus 2024

Comments